Umar bin Khattab merupakan salah satu sahabat Rasulullah SAW dan juga Khalifah kedua setelah Abu Bakar Siddiq. Sepak terjangnya dalam membela agama Islam sangatlah besar hingga ia mendapatkan gelar Amirul Mukminin. Padahal sebelumnya ia pernah menentang dengan keras keberadaan agama ini.
Akan tetapi, setelah memeluk Islam kecintaannya terhadap agama ini sangatlah besar. Ia juga adalah hamba yang taat kepada Allah SWT dan senantiasa mengerjakan amalan yang disunnahkan oleh Rasulullah SAW serta tidak lupa mengerjakan amalan yang wajib, seperti halnya shalat.
Akan tetapi, setelah memeluk Islam kecintaannya terhadap agama ini sangatlah besar. Ia juga adalah hamba yang taat kepada Allah SWT dan senantiasa mengerjakan amalan yang disunnahkan oleh Rasulullah SAW serta tidak lupa mengerjakan amalan yang wajib, seperti halnya shalat.
Bahkan ia sangat mengutamakan ibadah yang satu ini walau dalam keadaanpun. Ada sebuah kisah kepedulian Umar bin Khattab terhadap ibadah yang dicintai oleh Allah SWT ini. Bagaimanakah kisahnya? Berikut kisah selengkapnya.
Pernah suatu hari, Umar bin Khattab mendapatkan luka karena menancapya pedang tajam di tubuhnya. Sehari setelah itu, darah masih terus mengalir dengan luka yang juga masih menganga. Namun ia tetap dibangunkan untuk melaksanakan shalat subuh. Setelah dibangunkan, ia kemudia berkata, "Iya, tidaklah ada bagian dalam Islam kepada orang yang meninggalkan shalat".
Umar bin Khathab, pada hari setelah pedang tajam menancap di tubuhnya, darah yang terus mengalir, luka yang masih menganga, ia dibangunkan untuk shalat subuh, kemudian mengatakan,
Lantas ia pun pergi ke masjid untuk melaksanakan shalat subuh berjamaah walaupun tubuhnya mengalami luka yang parah. Bahkan beliau shalat dengan luka yang terus mengeluarkan darah tersebut.
Tidak cukup sampai di situ, kepedulian Umar bin Khattab terhadap shalat juga terlihat ketika ia bertemu dengan Said bin Yarbu’ yakni pria tua berusia hampir 100 tahun yang baru kehilangan penglihatannya.
ia berkata, ” wahai orang tua, jangan kau tinggalkan sholat jumat, dan jangan kau tinggalkan sholat berjamaah di masjid Nabi”. Pria itu berkata kepada Umar, “wahai umar aku tak mempunyai seseorang yang dapat menujukkanku jalan untuk ke masjid”. Umar menjawab, ” aku akan kirimkan seseorang untuk menunutunmu ke masjid”.
Begitu besarnya kepedulian Umar bin Khattab terhadap masalah shalat berjamah di masjid. Walaupun orang yang ditemuinya itu sudah tua dan tidak dapat melihat lagi, ia tetap memerintahkan orang tersebut untuk tidak meninggalkan shalat berjamaah di masjid. Bahkan Umar mengutus seseorang untuk menuntunnya ke masjid agar bisa melaksanakan shalat berjamaah.
Selain kisah di atas, ada juga kepedulian Umar terhadap shalat berjamaah. Umar Bin Khattab memiliki seorang teman bernama Sulaiman. Pada suatu hari, ia tidak melihat temannya tersebut ketika shalat subuh berjamaah di masjid.
Lantas, bertanyalah Umar kepada Ibu dari Sulaiman, “kemana anakmu? Aku tidak melihatnya pada waktu subuh tadi?”. Ibunya menjawab, “ia tertidur tadi, di sepertiga malam ia bangun shalat malam, sampai menjelang subuh ia tertidur”.
Setelah mendengar jawaban tersebut, lalu Umar bin Khattab berkata, “Demi Allah lebih baik aku ikut shalat subuh berjamaah dari pada aku harus bangun malam (kemudian tak dapat subuh berjamaah)”.
Dari kisah di atas, dapat diketahui bahwa Sulaiman tertidur dan terlewat untuk melaksanakan shalat subuh karena ia beribadah di sepertiga malam. Akan tetapi, Umar tidak menyukai apa yang dilakukan oleh Sulaiman tersebut. Sebab alangkah lebih baiknya apabila Sulaiman mengerjakan sesuatu yang wajib dibanding yang mubah.
Demikianlah kisah teladan dari Umar bin Khattab mengenai kepeduliaannya terhadap shalat berjamaah. Sungguh sebuah teladan yang sangat mulia dan patut untuk ditiru oleh umat muslim. Maka dari itu, usahakan untuk shalat berjamaah di masjid. Sebab ada banyak yang pahala yang akan kita peroleh apabila melaksanakan ibadah ini secara jamaah.
Pernah suatu hari, Umar bin Khattab mendapatkan luka karena menancapya pedang tajam di tubuhnya. Sehari setelah itu, darah masih terus mengalir dengan luka yang juga masih menganga. Namun ia tetap dibangunkan untuk melaksanakan shalat subuh. Setelah dibangunkan, ia kemudia berkata, "Iya, tidaklah ada bagian dalam Islam kepada orang yang meninggalkan shalat".
Umar bin Khathab, pada hari setelah pedang tajam menancap di tubuhnya, darah yang terus mengalir, luka yang masih menganga, ia dibangunkan untuk shalat subuh, kemudian mengatakan,
Lantas ia pun pergi ke masjid untuk melaksanakan shalat subuh berjamaah walaupun tubuhnya mengalami luka yang parah. Bahkan beliau shalat dengan luka yang terus mengeluarkan darah tersebut.
Tidak cukup sampai di situ, kepedulian Umar bin Khattab terhadap shalat juga terlihat ketika ia bertemu dengan Said bin Yarbu’ yakni pria tua berusia hampir 100 tahun yang baru kehilangan penglihatannya.
ia berkata, ” wahai orang tua, jangan kau tinggalkan sholat jumat, dan jangan kau tinggalkan sholat berjamaah di masjid Nabi”. Pria itu berkata kepada Umar, “wahai umar aku tak mempunyai seseorang yang dapat menujukkanku jalan untuk ke masjid”. Umar menjawab, ” aku akan kirimkan seseorang untuk menunutunmu ke masjid”.
Begitu besarnya kepedulian Umar bin Khattab terhadap masalah shalat berjamah di masjid. Walaupun orang yang ditemuinya itu sudah tua dan tidak dapat melihat lagi, ia tetap memerintahkan orang tersebut untuk tidak meninggalkan shalat berjamaah di masjid. Bahkan Umar mengutus seseorang untuk menuntunnya ke masjid agar bisa melaksanakan shalat berjamaah.
Selain kisah di atas, ada juga kepedulian Umar terhadap shalat berjamaah. Umar Bin Khattab memiliki seorang teman bernama Sulaiman. Pada suatu hari, ia tidak melihat temannya tersebut ketika shalat subuh berjamaah di masjid.
Lantas, bertanyalah Umar kepada Ibu dari Sulaiman, “kemana anakmu? Aku tidak melihatnya pada waktu subuh tadi?”. Ibunya menjawab, “ia tertidur tadi, di sepertiga malam ia bangun shalat malam, sampai menjelang subuh ia tertidur”.
Setelah mendengar jawaban tersebut, lalu Umar bin Khattab berkata, “Demi Allah lebih baik aku ikut shalat subuh berjamaah dari pada aku harus bangun malam (kemudian tak dapat subuh berjamaah)”.
Dari kisah di atas, dapat diketahui bahwa Sulaiman tertidur dan terlewat untuk melaksanakan shalat subuh karena ia beribadah di sepertiga malam. Akan tetapi, Umar tidak menyukai apa yang dilakukan oleh Sulaiman tersebut. Sebab alangkah lebih baiknya apabila Sulaiman mengerjakan sesuatu yang wajib dibanding yang mubah.
Demikianlah kisah teladan dari Umar bin Khattab mengenai kepeduliaannya terhadap shalat berjamaah. Sungguh sebuah teladan yang sangat mulia dan patut untuk ditiru oleh umat muslim. Maka dari itu, usahakan untuk shalat berjamaah di masjid. Sebab ada banyak yang pahala yang akan kita peroleh apabila melaksanakan ibadah ini secara jamaah.
0 Response to "Kisah Kepedulian Umar Bin Khattab Terhadap Shalat Berjamaah"
Post a Comment