Berhenti Sepelekan Perkara Shalat, Berikut Alasannya

Shalat merupakan ibadah yang sangat penting bagi agama Islam. Akan tetapi, masih banyak umat Islam yang menyepelekan ibadah yang satu ini karena berbagai alasan. Di antaranya kesibukan dunia yang membuat mereka terlena.

Ada banyak orang yang meskipun sudah mendengar seruan adzan, namun tetap melanjutkan aktivitasnya. Hingga pada akhirnya orang tersebut terlambat melaksanakan shalat, bahkan ada juga yang sengaja mengulur-ulur waktu shalat hingga dimenit terakhir.

Berhenti Sepelekan Perkara Shalat, Berikut Alasannya
Tidak hanya itu, ada juga yang secara sadar melalaikan shalat karena didera rasa malas. Padahal tidak sepantasnya kita menyepelekan perkara shalat ini. Ada banyak alasan kita harus berhenti menyepelekan shalat. Apa sajakah itu? Berikut informasi selengkapnya.

1. Sholat Adalah Rukun Islam yang Kedua, Setelah Dua Kalimat Syahadat

Alasan pertama mengapa kita harus berhenti menyepelekan perkara shalat adalah karena shalat merupakan rukun Islam kedua setelah mengucapkan dua kalimat syahadat. Hal itu menandakan bahwasanya shalat merupakan perkara yang sangat penting kedudukannya.

2. Sholat Adalah Tiang Agama

Alasan yang kedua yakni shalat adalah tiang agama. Layaknya sebuah rumah, apabila memiliki pondasi yang kuat maka kokohlah bangunan tersebut. Sama halnya dengan manusia, apabila dia rajin shalat maka ia akan menjadi salah satu penjaga agama Islam. Nabi shallallahu ‘ alaihi wa sallam bersabda,

“Sholat adalah tiangnya agama.” (HR. Tirmidz. Beliau mengatakan, “hadis ini derajatnya hasan shohih.”)

Sahabat Umar bin Khatab radhiyallahu’anhu berpesan kepada gubernur-gubernur di wilayah kekuasan khilafah beliau,

“Sungguh urusan terpenting yang ada pada kalian bagi saya adalah sholat. Barangsiapa yang menjaga sholatnya, maka dia telah menjaga agamanya. Sesiapa yang menyepelekan sholat, maka untuk urusan lain ia akan lebih sepelekan lagi. Tak ada bagian dari Islam, untuk orang-orang yang meninggalkan sholat ” (Al Mudawwanah 1/156).

Imam Ahmad rahimahullah mengatakan,

“Siapa saja yang meremehkan urusan sholat, ia akan didapati menyepelekan Islam nya. Sungguh kualitas Islam seseorang, berbanding lurus dengan kualitas sholatnya. Dan loyalitasnya terhadap Islam, sesuai kadar loyalnya terhadap sholat.” (Ta’dhzimu Qodri As Sholah hal. 22)

3. Allah Mensyariatkan Sholat Kepada Rasulnya, Tanpa Perantara dan di Malam Yang Paling Mulia

Shalat bukan hanya perkara penting dalam agama Islam. Akan tetapi ibadah yang satu ini juga memiliki keistimewaan sebab Allah SWT mengisyaratkan shalat kepada Rasul-Nya tanpa perantara dan dijemput pada malam yang paling mulia.

Kala itu, Allah SWT langsung memanggil Rasulullah SAW ke atas langit ke-7 atau Sidrotul Muntaha. Peristiwa tersebut kita kenal dengan sebutan Isra’ Mi’raj yang terjadi pada malam yang paling mulia yaitu malam Lailatul Qadr.

4. Amalan Pertama (yang Berkaitan Dengan Hak Allah), yang Akan Dihisab di Hari Kiamat

Alasan yang keempat mengapa kita harus berhenti menyepelekan shalat adalah karena shalat menjadi amalan pertama yang berkaitan dengan hak Allah yang akan dihisab pada hari kiamat kelak. Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu. Bahwa Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

“Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah shalat. Apabila shalatnya baik, dia akan mendapatkan keberuntungan dan keselamatan. Apabila shalatnya rusak, dia akan menyesal dan merugi. Jika ada yang kurang dari shalat wajibnya, Allah Tabaroka wa Ta’ala mengatakan, ’Lihatlah apakah pada hamba tersebut memiliki amalan shalat sunnah?’ Maka shalat sunnah tersebut akan menyempurnakan shalat wajibnya yang kurang. Begitu juga amalan lainnya seperti itu.”

Dalam riwayat lain disebutkan, ”Kemudian zakat akan (diperhitungkan) seperti itu. Kemudian amalan lainnya akan dihisab seperti itu pula.” (HR. Abu Daud, Ahmad, al Hakim, dan Baihaqi. Al Hakim menilai sanad hadits ini shahih. Dan disepakati oleh Adz Dzahabi).

5. Shalat Menjadi Akhir dari Wasiat Rasulullah Sesaat Sebelum Wafat

Begitu istimewanya ibadah shalat ini. Bagaimana tidak, amalan yang satu ini menjadi akhir dari wasiat Rasulullah SAW sesaat sebelum beliau menghembuskan napas terakhirnya. Dari Ummu Salamah radhiyallahu’anha. Beliau mengatakan,

Diantara akhir dari wasiat Nabi shallallahu’alaihi wa sallam adalah, “Jagalah shalat… jagalah shalat dan budak-budak kalian.” (HR. Ahmad).

6. Bagian Islam yang Terakhir Dicabut Dari Muka Bumi

Alasan yang keenam yaitu shalat menjadi bagian dari Islam yang terakhir dicabut dari muka bumi. Dari Zaid bin Tsabit, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Yang pertama kali diangkat dari diri manusia adalah amanat dan yang terakhir tersisa adalah shalat.” (HR. Al Hakim dan Tirmidzi. Disebutkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Al Jami’, 2: 353).

7. Allah Menyebutkan Sholat Sebagai Ciri Awal / Pertama Amalan Orang-Orang yang Beruntung

Alasan kita tidak boleh menyepelekan shalat yang selanjutnya adalah karena Allah SWT menyebutkan shalat sebagai ciri awal atau amalan pertama orang-orang yang beruntung. Allah Ta’ala berfirman:

“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang beriman itu. Yaitu orang-orang yang khusyu’ sholatnya. Menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna. Menunaikan zakat. Menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki. Sesungguhnya sarangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang menjaga amanat-amanat dan janjinya. Dan orang-orang yang menjaga sholatnya” (QS. Al Mukminun: 1-9).

8. Allah Menyebut Sholat Sebagai Iman

Bagi orang yang gemar menyepelekan shalat maka ia tidak akan mengetahui bahwa Allah SWT menyebutkan shalat sebagai iman. Allah Ta’ala berfirman:

“Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan iman kalian. Sungguh, Allah maha pengasih, maha penyayang kepada manusia” (QS. Al Baqarah: 143).

Para ulama tafsir menerangkan, makna kata “Iman” pada ayat ini adalah sholat. Yakni shalat yang dikerjakan sebelum terjadinya pemindahan kiblat; dari Baitul Maqdis ke Ka’bah. Sebagaimana disebutkan hadis riwayat Tirmidzi, Dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma, beliau mengatakan,

Saat Nabi shallallahu’alaihi wa sallam  mengalihkan kiblat ke arah Ka’bah, para sahabat bertanya,” Bagaimana dengan saudara-saudara kami yang telah meninggal ya Rasulullah. Sementara mereka shalat menghadap Baitul Maqdis?” Maka turunlah ayat:

“Dan Allah tidaklah menyia-nyiakan Imanmu” (HR. Tirmidzi No. 2890. Beliau berkata: Hadits ini hasan shahih)

Imam Qurtubi rahimahullah berkata,

“Pada ayat ini sholat disebut dengan Iman. Karena ibadah ini mencakup niat (ibadah hati), ibadah lisan, dan ibadah anggota badan.” (Lihat: Tafsir Al Qurtubi 2/440)

9. Allah Mewajibkan Sholat Pada Setiap Keadaan

Allah SWT mewajibkan kita untuk melaksanakan shalat dalam keadaan apapun. Sekalipun kita sedang berperang, sakit, atau pun melakukan perjalanan jauh. Tidak ada satu alasan pun bagi kita untuk meninggalkan shalat. Namun jika kita sedang berada dalam kondisi tersebut Allah masih memberikan keringanan dalam hal syarat dan jumlah rakaatnya.

10. Allah Amat Cinta Terhadap Shalat

Allah SWT ternyata sangat mencintai ibadah shalat ini, maka merugilah orang-orang yang menyepelekannya. Hal ini bisa terlihat pada awalnya, Allah mewajibkan shalat dalam sehari sebanyak 50 kali. Akan tetapi, karena kecintaan Allah kepada shalat dan hamba-Nya maka Allah memberikan keringanan hanya 5 kali saja dalam sehari semalam.

Akan tetapi, pahala yang akan diperoleh dari 5 kali shalat ini sama dengan 50 kali shalat. Hal tersebut menunjukkan betapa mulianya kedudukan ibadah yang satu ini di hadapan Allah SWT.. (Lihat dalam Shahih Bukhori hadis nomor 7517 dan Muslim nomor 162. Dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu’anhu)

11. Rasulullah SAW Sangat Mementingkan Ibadah Ini

Alasan selanjutnya kita tidak boleh menyepelekan ibadah ini adalah karena Rasulullah SAW sangat mementingkan shalat. Bahkan saking pentingnya ibadah yang satu ini, Rasulullah SAW tetap memerintahkan kepada orang-orang yang lupa atau tertidur saat waktu shalat untuk memqodo’nya saat ia ingat. Rasulullah SAW bersabda:

“Barangsiapa yang meninggalkan shalat karena tertidur atau lupa, maka hendaknya ia melakukan salat setelah ingat dan tidak ada kafarat (pengganti) selain itu.” (HR. Bukhori Muslim)

Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan,

“Barang siapa yang kelupaan shalat atau tertidur sehingga terlewat waktu shalat maka penebusnya adalah dia segera shalat ketika ia ingat.” (HR. Muslim )

Hal ini berlaku juga bagi orang yang pingsan. Para ulama menjelaskan, bila pingsannya tidak lebih dari tiga hari, maka wajib baginya untuk memqodo’ sholat yang terluputkan selama tiga hari ia koma tersebut. Sebagai penjelasan ini diriwayatkan dari sahabat ‘Amar, Imron bin Hushoin, dan Samuroh bin Jundub -radhiyallahu ‘anhum. Adapun bila seorang koma lebih dari tiga hari, maka hukumnya disamakan dengan orang yang gila. Jadi tidak ada kewajiban memqodo’ sholat setalah ia sadarkan diri. (Lihat: Al Mughni 2/50-52. Dan Asy-Syarhul Kabir karya Ibnu Qudamah 3/8)

12. Allah Mengkhususkan Penyebutan Sholat Dalam Alquran


Alasan terakhir tidak boleh lagi menyepelekan perkara shalat adalah karena Allah SWT mengkhususkan penyebutan shalat di dalam Al-Qur’an. Apabila kita membaca Al-Qur’an maka akan sangat banyak sekali ayat yang membahas tentang shalat. Itulah bukti kecintaan Allah terhadap ibadah yang satu ini.

“Kami dan telah Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sholat” (QS. Al Anbiya’: 73).

Padahal sholat sudah termasuk dalam amalan kebajikan. Namun Allah khususkan penyebutannya, untuk diketahui bahwa ibadah ini adalah ibadah yang paling penting.

Demikianlah informasi mengenai alasan kita harus berhenti menyepelekan shalat. Harus kita sadari bahwa shalat adalah ibadah wajib yang harus kita jalankan dengan niat yang tulus ikhlas kepada Allah SWT. Semoga kita bukan termasuk orang-orang yang menyepelekan perkara shalat ini.

0 Response to "Berhenti Sepelekan Perkara Shalat, Berikut Alasannya"

Post a Comment